Kamis, 03 Maret 2016

Makalah Manajemen Pemasaran Lanjutan - Menetapkan Strategi Produk



MENETAPKAN STRATEGI PRODUK



Materi Diskusi Kuliah
Manajemen Pemasaran Lanjutan kelas A


Dosen Pengampu
Dr. Imam Suroso M.Si.



oleh Kelompok 2:
1.        Endang Pitriani                          140810201056
2.        Nikmatul Khusna                       140810201062
3.        Fath Imas Agustiningtyas          140810201064
4.        Tika Maningarta                        140810201065
5.        Ratri Prihastiwi                          140810201077




PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2016









KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Menetapkan Strategi Produk” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah dengan judul “Menentukan Strategi Produk” adalah salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Manajemen Pemasaran Lanjutan di Fakultas Ekonomi Universitas Jember dan selanjutnya akan didiskusikan di kelas Manajemen Pemasaran Lanjutan A. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran Lanjutan yang telah membimbing untuk melesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih banyak kekurangan. Karena makalah ini disusun dan diselesaikan berdasarkan kemampuan penulis. Penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing sebagai masukan yang bersifat menbangun dan menyempurnakan makalah ini. Demikan makalah ini disusun, semoga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.










Jember, 02 Maret 2016
Universitas Jember


Penyusun








DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB 1.        PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang .....................................................................................   1
1.2.   Rumusan Masalah ................................................................................   2
1.3.   Tujuan Pembahasan .............................................................................   2
BAB 2.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Definisi Produk  ...................................................................................   3
2.2.   Definisi Strategi ...................................................................................   3
2.3.   Definisi Strategi Produk ......................................................................   3
BAB 3.        PEMBAHASAN
3.1.   Karakteristik dan Klasifikasi Produk ...................................................   4
3.1.1.     Tingkat Produk ........................................................................   4
3.1.2.     Klasifikasi Produk ....................................................................   5
3.2.   Diferensiasi ..........................................................................................   8
3.2.1.      Diferensiasi Produk ..................................................................   8
3.2.2.      Desain ......................................................................................   9
3.2.3.      Diferensiasi Jasa .......................................................................   9
3.3.   Hubungan Produk dan Merek ............................................................. 11
3.3.1.     Hierarki Produk ........................................................................ 12
3.3.2.     Sistem dan Bauran Produk....................................................... 12
3.3.3.     Analisis Lini Produk ................................................................ 13
3.3.4.     Panjang Lini Produk ................................................................ 15
3.3.5.     Penetapan Harga Bauran Produk ............................................. 17
3.3.6.     Co-Branding dan Penetapan Merek Bahan Baku .................... 18



3.4.   Pengemasan, Pelabelan, Jaminan dan Garansi ..................................... 14
3.4.1.     Pengemasan .............................................................................. 20
3.4.2.     Pelabelan .................................................................................. 21
3.4.3.     Jaminan dan Garansi .........................................................        21
BAB 4.        PENUTUP
4.1.   Simpulan .............................................................................................. 22
4.2.   Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kebanyakan pengalaman yang muncul di pasaran konsumen tentang produk yang di tawarkan ke konsumen hanya mendapat minat konsumen dalam kurun waktu yang sangat singkat. Terkadang setelah produk tersebut muncul di pasar, dengan cepat pula produk tersebut hilang dari pasaran. Mengapa demikian? Pertanyaan inilah yang perlu mendapat kajian. Selain dengan perlu intensifnya strategi pemasaran yang ditentukan, strategi dari produk itu sendiri yang akan dipasarkan juga sangat penting untuk dikaji lebih jauh.
Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya.
Pada dasarnya bagi produk yang dihasilkan oleh produsen baik berupa barang maupun jasa, tentunya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan riset pasar, melihat peluang dan permintaan konsumen terhadap barang yang mereka inginkan. Sehingga perusahaan dapat menentukan produk apa yang seharusnya mereka produksi, yang sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan konsumen, serta dapat pula menentukan strategi apa yang harus mereka terapkan pada produk yang akan mereka luncurkan di pasar konsumen, agar produk yang mereka produksi, diminati, dicari dan dibutuhkan konsumen, dan tentunya produk tersebut laris di pasaran.
Berikut pembahasan mengenai produk beserta karakteristik dan pengaruh di sekitarnya yang berkaitan dalam penentuan strategi produk.
1.2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa pertanyaan terkait dengan bagaimana menentukan strategi produk harus dilakukan, yang disusun sebagai rumusan masalah dalam pembahasan materi berikut.
1.      Bagaimanakah penjelasan mengenai produk yang akan ditentukan strategi produknya berdasarkan karakteristik dan klasifikasinya?
2.      Bagaimana membedakan strategi pada berbagai kelompok produk tertentu agar sesuai dengan jenis-jenisnya?
3.      Bagaimana hubungan antara produk dan merek kaitannya dengan penentuan strategi?
4.      Strategi apa sajakah yang sebaiknya dilakukan untuk memasarkan produk?
5.      Bagaimana keterkaitan antara penentuan strategi produk dengan bauran produk?
1.3.       Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah yang telah disusun, maka materi penetapan strategi produk memiliki tujuan pembahasan berikut.
1.      Mengetahui karakteristik dan klasifikasi dari produk yang akan ditentukan strategi produknya.
2.      Memahami perbedaan strategi pada berbagai macam kelompok produk tertentu.
3.      Mengetahui hubungan antara produk dan merek yang terkait dengan penentuan strategi produk.
4.      Mengetahui strategi-strategi apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk memasarkan produk.
5.      Mengetahui keterkaitan antara penentuan strategi produk dengan bauran produk.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Definisi Produk
Produk (product) menurut Kotler & Armstrong adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.[1]
Produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.[2]
2.2.       Definisi Strategi
Berikut pengertian strategi menurut beberapa ahli:
1.      Morrisey mengatakan bahwa strategi ialah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya.
2.      Pearce dan Robinson, strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan mengenai kapan, dimana dan bagaimana ia harus bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.
3.      Siagaan. Strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan seluruh jajaran dalam suatu organisasi demi pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Secara garis besar dapat diartikan bahwa strategi merupakan sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan gagasan, sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu.
2.3.       Definisi Strategi Produk
Strategi produk adalah suatu cara yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya dan juga berhubungan pula dengan hal-hal lain atau atribut lain yang melekat pada produk tersebut.





BAB III
PEMBAHASAN

3.1.       Karakteristik dan Klasifikasi Produk
Banyak orang menganggap produk adalah suatu penawaran nyata, tetapi produk bisa lebih dari itu. Secara luas, produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. [3]
3.1.1.      Tingkat Produk : Hierarki Nilai Pelanggan
Dalam merencanakan penawaran pasarnya, pemasar harus melihat lima tingkat produk. Setiap tingkat menambah nilai pelanggan yang lebih besar, dan kelimanya merupakan bagian dari hierarki nilai pelanggan (customer-value hierarchy).[4]
          Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit) : layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli pelanggan.
          Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product).
          Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan (expected product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini.
          Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan pelanggan.
          Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product), yang mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini adalah tempat di mana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan penawaran mereka.
Peningkatan diferensiasi dan persaingan terjadi berdasarkan tambahan pada produk, yang juga menyebabkan pemasar melihat total sistem konsumsi (consumption system) pengguna yaitu cara pengguna melaksanakan kegiatan untuk mendapatkan serta menggunakan produk dan jasa yang berkaitan. Meskipun demikian, setiap tambahan menambah biaya, dan manfaat yang ditambahkan segera menjadi manfaat yang diharapkan dan titik paritas yang diperlukan.
3.1.2.      Klasifikasi Produk
Dulu pemasar hanya mengklasifikasikan produk berdasarkan ketahanan/durabilitas, keberwujudan, dan kegunaan. Setiap jenis produk mempunyai strategi bauran pemasaran yang sesuai.[5]
Berikut klasifikasi produk dibedakan.
1)      KETAHANAN (DURABILITY) DAN KEBERWUJUDAN (TANGIBILITY)
Pemasar menggolongkan produk menjadi tiga kelompok menurut ketahanan dan keberwujudannya:
a.      Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti minuman dan sabun. Karena barang-barang ini sering dibeli, strategi yang tepat adalah membuat barang-barang tersebut tersedia di banyak lokasi.
b.      Barang tahan lama (durable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya digunakan untuk waktu yang lama, seperti kulkas, alat-alat mesin, dan pakaian. Produk-produk tahan lama biasanya memerlukan penjualan personal dan jasa, menuntut margin yang lebih tinggi, dan memerlukan garansi penjualan yang lebih banyak.
c.       Jasa (service) adalah produk yang tak berwujud, tak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan kendali kualitas, kredibilitas pemasok, dan kemampuan adaptasi yang lebih besar.



2)      KLASIFIKASI BARANG KONSUMEN
Barang konsumen diklasifikasikan sejumlah besar barang yang dibeli konsumen berdasarkan kebiasaan belanja. Barang dibedakan menjadi barang sehari-hari, belanja, khusus, dan tidak dicari.[6]
Konsumen biasanya sering membeli:
§  Barang sehari-hari (convenience goods) dengan segera, dan dengan usaha minimum. Contohnya meliputi minuman ringan, sabun, dan surat kabar. Barang sehari-hari dapat dibagi lagi menjadi:
-        Barang kebutuhuan pokok/staples adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur.
-        Barang impuls dibeli tanpa usaha perencanaan aau pencarian. Permen dan majalah bisa menjadi barang impuls.
-        Barang darurat dibeli ketika ada kebutuhan mendesak.
§  Barang belanja (shopping goods) adalah barang yang secara karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. Contohnya meliputi perabot, pakaian, mobil bekas, dan peralatan rumah tangga utama. Lalu dibagi lagi ke dalam kategori:
-        Barang belanja homogen mempunyai kualitas serupa tetapi harganya cukup berbeda sehingga memberikan alasan kuat bagi perbandingan belanja.
-        Barang belanja heterogen mempunyai fitur produk dan jasa yang berbeda yang mungkin lebih penting daripada harga. Penjualan barang belanja heterogen menjual pilihan barang yang luas untuk memuaskan selera perorangan.
§  Barang khusus (speciality goods) mempunyai karakteristik atau identifikasi merek yang unik di mana ada cukup banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus.
§  Barang yang tak dicari (unsought goods) adalah barang yang tidak dikenal konsumen atau biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli, seperti detector asap. Barang yang tidak dicari memerlukan dukungan iklan dan penjualan personal.
3)      KLASIFIKASI BARANG INDUSTRI
Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan biaya relatif mereka dan bagaimana mereka memasuki proses produksi, seperti bahan dan suku cadang, barang modal, serta pasokan dan layanan bisnis.[7]
Bahan dan suku cadang (materials and parts) adalah barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. Bahan dan suku cadang dibagi menjadi dua kelas: bahan mentah, serta bahan dan suku cadang manufaktur.
-        Bahan mentah dibagi menjadi dua kelompok utama: produk pertanian (gandum, kapas, ternak, buah-buahan, dan saur mayur) dan produk alami (ikan, kayu, minyak mentah, bijih besi).
-        Bahan dan suku cadang manufaktur dibagi menjadi dua kategori: bahan komponen (besi, benang, semen, kabel) dan suku cadang komponen ( motor kecil, ban, cetakan). Bahan komponen biasanya diproses lagi, seperti bijih besi diolah menjadi baja, dan benang ditenun menjadi kain.
Barang modal (capital items) adalah barang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Barang modal mencakup dua kelompok : instalasi dan peralatan.
-        Instalasi terdiri dari bangunan (pabrik, kantor) dan peralatan berat (generator, mesin perancang, computer mainframe, lift). Instalasi biasanya dibeli secara langsung dari produsen, yang tenaga penjualannya mencakup personel teknis, dan periode negosiasi panjang sebelum penjualan pada umumnya.
-        Peralatan meliputi perlengkapan dan peralatan pabrik portabel (perkakas, truk pengangkat) dan perlengkapan kantor (komputer pribadi, meja). Jenis perlengkapan ini tidak menjadi bagian produk jadi. Mereka mempunyai umur yang lebih pendek dibandingkan instalasi tetapi umur yang lebih panjang daripada pasokan operasi.
Layanan bisnis dan pasokan (supplier and business service) adalah barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Ada dua macam pasokan: barang pemeliharaan dan perbaikan (cat, paku, sapu)  dan pasokan operasi (pelumas, batu bara, kertas tulis, pensil).

3.2.       Diferensiasi
Agar dapat dijadikan merek, produk harus didiferensiasikan. Produk fisik mempunyai potensi diferensiasi yang beragam. Di sini penjual menghadapi sejumlah kemungkinan diferensiasi, termasuk bentuk, fitur, penyesuaian, kualitas kinerja, kualitas kesesuaian, ketahanan, keandalan, kemudahan perbaikan, dan gaya. Desain menjadi sarana diferensiasi yang semakin penting.[8]
3.2.1.      Diferensiasi Produk
1)      BENTUK
Banyak produk dapat didiferensiasikan berdasarkan bentuk (form) ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.
2)      FITUR
Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan memvariasikan fitur (feature) yang melengkapi fungsi dasar mereka. Perusahaan dapat mengidentifikasikan dan memilih fitur baru yang tepat dengan mensurvei pembeli terbaru dan kemudian menghitung perbandingan nilai pelanggan dengan biaya perusahaan untuk setiap fitur potensial.
3)      PENYESUAIAN
Penyesuaian massal (mass customization) adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan setiap pelanggan untuk menyiapkan produk, jasa, program, dan komunikasi berbasis missal yang dirancang secara individual.



4)      KUALITAS KINERJA
Sebagian besar produk ditetapkan pada satu dari empat tingkat kinerja rendah, rata-rata, tinggi, atau unggul. Kualitas kinerja, performa (perform quality) adalah tingkat dimana karakteristik utama produk utama beroperasi.[9] Kualitas menjadi dimenis yang semakin penting untuk diferensiasi ketika perusahaan menerapkan sebuah model, nilai, dan memberikan kualitas yang lebih tinggi dengan uang yang lebih rendah.
5)      KUALITAS KESESUAIAN
Pembeli mengharapkan produk mempunyai kualitas kesesuain (conformance quality) yang tinggi, yaitu tingkat di mana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.
6)      KETAHANAN
Ketahanan (durability), ukuran umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa atau penuh tekanan, merupakan atribut berharga untuk produk-produk tertentu.[10]
7)      KEANDALAN
Keandalan (reliability) adalah ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami malfungsi atau gagal dalam periode waktu tertentu.
8)      KEMUDAHAN PERBAIKAN
Kemudahan perbaikain (repairability) adalah ukuran kemudahan perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Kemudahan perbaikan yang ideal terjadi jika pengguna dapat memperbaiki sendiri produk tersebut dengan sedikit biaya dan waktu.
9)      GAYA
Gaya (style) menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli. Pembeli mobil membayar harga mahal untuk Jaguar karena penampilan luar biasanya.
3.2.2.      Desain
Desain merupakan faktor yang sering memberi keunggulan kompetitif kepada perusahaan. Desain (design) adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan.[11]
Desain sangat penting terutama dalam pembuatan dan pemasaran jasa eceran, busana, barang kemasan, dan peralatan tahan lama.
3.2.3.      Diferensiasi Jasa
Ketika produk fisik tidak mudah didiferensiasikan, kunci keberhasilan kompetitif yang mungkin terletak pada menambah layanan yang bernilai dan meningkatkan kualitas mereka. Diferensiator jasa yang utama adalah kemudahan pemesanan, pengiriman, instalasi, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, serta pemeliharaan dan perbaikan.[12]
1)      Kemudahan Pemesanan (Ordering Ease)
Mengacu pada seberapa mudah pelanggan menempatkan pesanan dengan perusahaan. Banyak institusi jasa keuangan menawarkan situs online yang aman untuk membantu pelanggan mendapatkan informasi dan melakukan transaksi secara lebih efisien.
2)      Pengiriman (delivery)
Mengacu pada seberapa baik produk atau jasa dibawa ke pelanggan. Pengiriman meliputi kecepatan, akurasi dan perawatan sepanjang proses.
3)      Instalasi (instalation)
Mengacu pada pekerjaan yang dilakukan untuk membuat produk beroperasi di lokasi yang direncanakan. Pembeli peralatan berat mengharapkan layanan instalasi yang baik.
4)      Pelatihan Pelanggan (customer training)
Mengacu pada pelatihan karyawan pelanggan untuk menggunakan peralatan pemasok dengan benar dan efisien.



5)      Konsultasi pelanggan (customer consulting)
Mengacu pada data, system informasi, dan layanan nasihat yang ditawarkan penjual kepada pembeli.
6)      Pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair)
Menggambarkan program layanan untuk membantu pelanggan mempertahankan produk yang dibeli dalam kondisi baik.
7)      Pengembalian
Meski pengembalian  produk pasti merisaukan pelanggan, produsen, pengecer, dan distributor, pengembalian juga menjadi realitas tak terhindarkan dari bisnis, terutama pembelian online.[13] Kita dapat memikirkan pengembalian produk dalam dua cara :
a.       Pengembalian yang dapat dikendalikan yang dihasilkan dari masalah, kesulitan atau kesalahan penjual atau pelanggan dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan startegi dan program yang tepat oleh perusahaan atau mitra rantai pasokannya.
b.      Pengembalian yang tidak dapat dikendalikan tidak dapat dihilangkan oleh perusahaan dalam jangka panjang melalui sarana apapun.
Salah satu strategi pengembalian dasar yang dapat diterapkan perusahaan adalah berusaha menghilangkan akar penyebab pengembalian yang dapat dikendalikan sementara pada saat yang sama mengembangkan proses penanganan untuk pengembalian produk yang tidak dapat dikendalikan. Tujaun strategi pengembalian produk ini adalah membuat produk yang dikembalikan menjadi lebih sedikit dan presentase tingkat pengembalian yang dapat dikembalikan ke saluran distribusi untuk dijual lebih tinggi.[14]

3.3.       Hubungan Produk dan Merek
Setiap produk dapat dihubungkan dengan produk lain untuk memastikan bahwa perusahaan menawarkan dan memasarkan kumpulan produk yang optimal.



3.3.1.      Hierarki Produk
Hierarki produk membentang dari kebutuhan dasar sampai barang tertentu yang memuaskan kebutuhan tersebut. Kita dapat mengidentifikasi enam tingkat produk.[15]
1.        Keluarga kebutuhan (need family). Kebutuhan inti yang mendasari keberadaan keluarga produk.
2.        Keluarga produk (product family). Semua kelas produk yang dapat memuaskan kebutuhan inti dengan efektivitas yang masuk akal.
3.        Kelas produk (product class). Kelompok produk di dalam keluarga produk yang dikenal memiliki fungsional tertentu yang koheren. Dikenal juga sebagai kategori produk.
4.        Lini produk (product line). Kelompok produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat karena mempunyai fungsi yang serupa, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui gerai atau saluran yang sama, atau masuk dalam kisaran harga tertentu. Lini produk dapat terdiri dari berbagai merek, atau satu merek keluarga, atau merek individu yang sudah diperluas lininya.
5.        Jenis produk (product type). Sekelompok produk di dalam lini produk yang berbagi satu dari beberapa kemungkinan bentuk produk.
6.        Barang (item) disebut juga unit penyimpanan stok (stockkeeping unit) atau varian produk (product variant). Unit yang berbeda di dalam lini produk atau merek yang dibedakan berdasarkan ukuran, harga, tampilan, atau beberapa atribut lain.
3.3.2.      Sistem dan Bauran Produk
Sistem produk (product system) adalah kelompok barang yang berbeda tetapi berhubungan dan berfungsi dengan cara yang kompatibel. Bauran produk (product mix), disebut juga pilihan produk (product assortment) adalah kumpulan semua produk dan barang yang ditawarkan untuk dijual oleh penjual tertentu.
Bauran produk terdiri dari berbagai lini produk. Bauran produk perusahaan mempunyai lebar, panjang, kedalaman, dan konsistensi tertentu.[16]
§   Lebar bauran produk mengacu pada berapa banyak lini produk berbeda yang dijual perusahaan.
§   Panjang bauran produk mengacu pada jumlah total produk dalam bauran. Dapat juga disebutkan panjang rata-rata dari lini, yang diperoleh dengan membagi panjang total dengan jumlah lini.
§   Kedalaman bauran produk mengacu pada banyaknya varian yang ditawrakan masing-masing produk dalam lini.
§   Konsistensi dari bauran produk mengacu pada seberapa dekatnya hubungan dari berbagai lini produk pada pengguna akhir, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau dengan cara lain. Lini produk P&G sejauh ini konsisten sebagai produk konsumsi (consumer goods) yang didistribusikan dengan saluran distribusi yang sama. Lini P&G sejauh ini kurang konsisten karena lini P&G melakukan fungsi yang berbeda bagi para pembeli.
Empat dimensi bauran produk mengizinkan perusahaan untuk memperluas bisnis mereka dengan empat cara. Perusahaan dapat menambah lini produk, memperlebar bauran produknya. Perusahaan dapat memperpanjang tiap lini produk. Perusahaan dapat menambah varian produk pada masing-masing produk dan memperdalam bauran produknya. Terakhir, perusahaan dapat berusaha mencapai konsistensi yang lebih dari lini produk. Untuk membuat keputusan produk dan merek ini, sangat berguna jika dilakukan analisis lini produk.

3.3.3.      Analisis Lini Produk
Dalam menawarkan lini produk, perusahaan biasanya mengembangkan kerangka dasar dan modul yang dapat ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berbeda. Pendekatan moduler ini memungkinkan perusahaan menawarkan keragaman dan menurunkan biaya produksi.
Manajer lini produk harus mengetahui penjualan dan laba setiap item dalam lini mereka untuk menentukan item mana yang akan dibuat, dipertahankan, dipanen, atau didivestasikan. Mereka juga harus memahami profil pasar setiap lini produk.[17]
1)      PENJUALAN DAN LABA
Perusahaan dapat mengklasifikasikan produknya menjadi empat tipe yang menghasilkan berbagai margin kotor, tergantung pada volume dan promosi penjualan. Untuk mengilustrasikannya, lihat contoh tentang computer laptop berikut ini :
a.      Produk Inti
Komputer laptop dasar yang menghasilkan volume penjualan tinggi dan dipromosikan besar-besaran tetapi dengan margin harga Karena produk ini dipandang sebagai komoditas yang tidak terdiferensiasi.
b.      Produk Dasar
Item-item dengan volume penjualan rendah dan tanpa promosi, seperti CPU yang lebih cepat atau memori yang lebih besar. Item-item ini menghasilkan margin yang lebih tinggi.
c.       Produk Khusus
Item-item dengan volume penjualan rendah tetapi dipromosikan secara bersar-besaran, seperti peralatan pembuat film digital atau yang dapat menghasilkan pendapatan untuk jasa, seperti pengiriman pribadi, instalasi, atau pelatihan dilapangan.
d.      Barang Sehari-hari
Item-item yang dijual dengan volume tinggi tetapi kurang mendapatkan promosi, konsumen cenderung membeli item-item tersebut ditempat dimana mereka membeli peralatan pertama karena lebih nyaman dibandingkan bila mereka harus melakukan perjalanan belanja lebih jauh. Item-item ini dapat dijual dengan margin yang lebih tinggi.
Intinya adalah bahwa perusahaan harus menyadari bahwa item-item ini mempunyai potensi berbeda karena harganya lebih mahal atau lebih sering diiklankan sebagai cara untuk meningkatkan penjualan atau margin mereka atau keduanya.
2)      PROFIL PASAR
Manajer lini produk harus menganalisis bagaimana lini tersebut diposisikan terhadap lini pesaing. Perlu dilakukan pemetaan produk yaitu mengidentifikasi segmen pasar untuk mengetahui posisi produk yang ditawarkan perusahaan.[18]

3.3.4.      Panjang Lini Produk
Tujuan perusahaan mempengaruhi panjang lini produk. Salah satu tujuannya adalah menciptakan lini produk untuk mendorong penjualan ke atas. Tujuan lainnya adalah menciptakan lini produk yang memfasiltasi penjualan silang. Tujaun yang lain lagi adalah menciptakan lini produk yang terlindung dari peningkatan dan penurunan kondisi ekonomi.
1)      PERPANJANGAN LINI
Setiap lini produk perusahaan mencakup bagian tertentu dari total kisaran yang mungkin. Perpanjangan lini terjadi ketika perusahaan memperpanjang lini produknya diluar kisaran saat ini. Perusahaan dapat memperpanjang lininya kebagian bawah pasar, bagian atas pasar, atau keduanya.[19]
§  Perpanjangan ke Bawah Pasar
Perusahaan yang diposisikan di pasar menengah mungkin ingin memperkenalkan lini harga yang lebih murah untuk tiga alasan :
1.         Perusahaan mungkin memperhatikan peluang pertumbuhan yang kuat ketika pengecer masal.
2.         Perusahaan mungkin ingi nmengikat pesaing di kelas bawah dan jika tidak terikat mungkin berusaha bergerak naik ke sisi atas pasar. Jika perusahaan diserang oleh pesaing kelas bawah, perusahaan sering memutuskan untuk menyerang balik dengan memasuki sisi bawah pasar.
3.         Perusahaan mungkin menemukan bahwa pasar menengah dalam keadaan stagnan atau menurun.
Perushaaan menghadapi sejumlah pilihan penentuan nama dalam memutuskan gerakannya ke bawah pasar :
1.         Menggunakan nama merek induk dalam semua penawarannya.
2.         Meluncurkan penawaran harga murah dengan menggunakan nama sub merek.
3.         Meluncurkan penawaran harga murah di bawah nama yang berbeda.
§  Perpanjangan ke Atas Pasar
Perusahaan mungkin ingin memasuki bagian atas pasar untuk mencapai pertumbuhan yang lebih besar, untuk mewujudkan margin yang lebiht inggi, atau hanya memposisikan dirinya sendiri sebagai produsen lini penuh.
§  Perpanjangan ke Dua-Arah
Perusahaan yang melayani pasar menengah dapat memutuskan untuk memperpanjang lini mereka ke dua arah.
2)      PENGISIAN LINI
Lini produk juga dapat diperpanjang dengan menambah lebih banyak jenis produk dalam rentang lini sekarang. Motif untuk melakukan hal ini adalah; memperoleh tambahan laba, berupaya memanfaatkan kapasitas yang berlebihan, berupaya menjadi perusahaan terdepan dengan lini lengkap; dan mencoba menutup lubang agar tidak diisi pesaing.[20]
3)      MODERNISASI, PENAMPILAN, DAN PENGURANGAN LINI
Lini produk perlu dimodernisasi. Dalam pasar yang berubah cepat, modernisasi dilakukan terus menerus. Manajer lini produk tersebut biasanya memilih satu atau beberapa jenis produk dalam lini itu untuk ditonjolkan. Secara berkala harus mempelajari lini untuk melihat produk yang tidak menghasilkan lagi sehingga menekan laba. Pemangkasan juga dilakukan apabila perusahan mengalami kekurangan kapasitas.
3.3.5.           Penetapan Harga Bauran Produk
Menggambarkan konsep penetapan harga, taktik secara rinci, namun perlu mempertimbangkan beberapa isu penetapan harga bauran produk di sini. Perusahaan mencari beberapa harga yang  memaksimalkan laba dari seluruh bauran.[21]
Kita dapat membedakan enam keadaan yang melibatkan penetapan harga bauran produk.
1)      PENETAPAN HARGA LINI PRODUK
(Product lini pricing) Perusahaan biasanya mengembangkan lini-lini produk alih-alih hanya satu produk dan  memperkenalkan tahap-tahap harga.
2)      PENETAPAN HARGA FITUR OPSIONAL
(Optional feature pricing) Banyak perusahaan menawarkan produk opsional, fitur, dan layanan serta produk utama mereka. Penetapan harga adalah masalah yang sulit, karena perusahaan harus memutuskan item mana yang akan dimasukkan dalam harga standard dan mana yang ditawarkan sebagai pilihan.
3)      PENETAPAN HARGA PRODUK TERIKAT
Beberapa produk memerlukan penggunaan produk tambahan atau produk pelengkap. Terdapat bahaya dalam menetapkan harga produk pelengkap terlalu tinggi.
4)      PENETAPAN HARGA DUA BAGIAN
(Two part pricing) Perusahaan jasa menggunakan penetapan ini yang terdiri atas tarif tetap ditambah biaya pemakaian yang tidak tetap. Perusahaan jasa menghadapi masalah yang mirip dengan penetapan harga produk pelengkap. Tarif tetap cukup rendah untuk laba yang maksimal.
5)      PENETAPAN HARGA PRODUK SAMPINGAN
Produksi barang tertentu (minyak bumi, dll.) sering menghasilkan produk sampingan. Setiap pendapatan yang diperoleh dari produk sampingan akan memudahkan pengenaan harga yang lebih rendah untuk produk utamanya.
6)      PENETAPAN HARGA PAKET PRODUK
Perusahaan sering menggabungkan produk-produk dengan ciri khas barang (feature). Studi-studi telah menunjukkan bahwa ketika kegiatan promosi meningkat pada butir-butir individual dalam gabungan tersebut, pembeli merasa kurang berhemat dan kurang tepat untuk membayar harga gabungan. Riset menawarkan tiga pedoman strategi penggabungan.
          Harga gabungan harus lebih rendah dibanding jumlah produk individual.
          Susunlah promosi, satu sesudah yang lain, untuk menghindari konflik promosi.
          Harus bijaksana memberikan rabat untuk produk individual karena konsumen menggunakan harga produk individual sebagai rujukan eksternal.

3.3.6.           Co-Branding dan Penetapan Merek Bahan Baku
1)      CO-BRANDING
Pemasar sering menggabungkan produk mereka dengan produk dari perusahaan lain dengan berbagai cara. Dalam co-branding disebut juga penetapan dua merek atau penetapan merek gabungan dua atau lebih merek terkenal digabungkan menjadi satu merek bersama atau dipasarkan bersama dalam beberapa cara.[22]
Kelebihan utama co-branding adalah bahwa sebuah produk dapat diposisikan secara meyakinkan melalui kelebihan berbagai merek lainnya. Co-branding dapat menghasilkan penjualan yang lebih besar dari pasar sasaran yang ada dan juga membuka peluang tambahan bagi konsumen dan saluran baru. Co-branding juga dapat mengurangi biaya peluncuran produk, karena menggabungkan dua citra terkenal dan mempercepat pengadopsian. Dan co-branding dapat menjadi sarana berharga untuk mempelajari konsumen dan bagaimana perusahaan lain mendekati mereka. Perusahaan didalam industri otomotif telah meraih semua manfaat co-branding.
Kekurangan potensial co-branding adalah resiko dan kurangnya kendali untuk terhubung dengan merek lain dalam pikiran konsumen. Harapan konsumen tentang tingkat keterlibatan dan komitmen pada merek bersama akan tinggi, sehingga kinerja yang tidak memuaskan dapat memberikan dampak langsung yang negatif bagi kedua merek. Jika merek lain masuk dalam sejumlah pengaturan co-branding, paparan yang berlebihan dapat mendilusipen transferan setiap asosiasi. Co-branding juga dapat menimbulkan kekurangan fokus pada merek yang ada.
Agar co-branding dapat berhasil, kedua merek itu harus mempunyai ekuitas merek yang terpisah, kesadaran merek yang cukup besar, dan citra merek yang positif. Syarat yang paling penting adalah penyesuaian logis antara kedua merek, seperti gabungan kegiatan merek atau kegiatan pemasaran yang memaksimalkan kelebihan masing-masing sekaligus meminimalkan kekurangan mereka. Studi riset memperlihatkan bahwa konsumen lebih mampu menyukai merek bersama jika kedua merek itu saling melengkapi dibandingkan jika kedua merek itu serupa.

2)      PENETAPAN MEREK BAHAN BAKU
Penetapan merek bahan baku adalah kasus khusus co-branding. Penetapan merek bahan baku menciptakan ekuitas merek bagi bahan, komponen, atau suku cadang yang selalu terkandung dalam produk bermerek lainnya.[23]
Hal yang menarik pada penetapan merek bahan baku adalah “penetapan merek sendiri” dimana perusahaan beriklan dan bahkan memberi merek dagang pada bahan bermerek mereka sendiri. Merek bahan baku berusaha menciptakan kesadaran dan referensi yang cukup kuat untuk produk mereka sehingga konsumen tidak akan membeli produk induk yang tidak mengandung bahan tersebut. Banyak produsen yang membuat komponen atau bahan yang masuk ke dalam produk akhir bermerek tetapi kehilangan identitas pribadi mereka.
3.4.       Pengemasan, Pelabelan, Jaminan, dan Garansi
Kebanyakan produk fisik harus dikemas dan diberi label. Banyak pemasar menyebut pengemasan sebagai P kelima, bersama price, product, place dan promotion. Namun, kebanyakan pemasar memperlakukan pengemasan dan pelabelan sebagai elemen dari strategi produk. Penjaminan dan garansi dapat juga merupakan bagian penting dari strategi produk, yang sering muncul pada kemasan.[24]
3.4.1.      Pengemasan
Pengemasan (packaging) diartikan sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan dapat mencakup sampai tiga tingkat bahan.
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Kemasan juga mempengaruhi pengalaman produk konsumen di kemudian hari. Beberapa faktor mempunyai kontribusi terhadap semakin banyaknya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran:
1.      Swalayan
Semakin banyak jumlah produk yang dijual berdasarkan prinsip swalayan. Dirata-rata pasar swalayan, yang menyimpan 15.000 barang, pembelanja biasanya melewati sekitar 300 barang per menit. Mengingat 50%-70% dari semua pembelian dilakukan di toko, kemasan yang efektif harus melaksanakan banyak tugas penjualan seperti menarik perhatian, menggambarkan fitur produk, menciptakan keyakinan konsumen, dan membuat pesan keseluruhan yang menyenangkan.
2.      Kekayaan konsumen
Meningkatnya kemkmuran konsumen berarti konsumen bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk kenyamanan, penampilan, keandalan, dan gengsi kemasan yang lebih baik.
3.      Perusahaan dan citra merek
Kemasan berperan bagi pengakuan langsung terhadap perusahaan atau merek tersebut.
4.      Peluang inovasi
Pengemasan yang inovatif dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen dan laba   bagi produsen. Produsen menggabungkan bahan-bahan dan fitur-fitur yang unik.
3.4.2.      Pelabelan
Label bisa berupa gantungan sederhana yang ditempelkan pada produk atau gambar yang dirancang secara rumit dan menjadi bagian kemasan. Label bisa membawa nama merek saja, atau sejumlah besar informasi. Bahkan jika penjual memilih label sederhana, hukum mungkin mensyaratkan lebih banyak.[25]
3.4.3.      Jaminan dan Garansi
Jaminan (warranties) adalah pernyataan resmi kinerja produk yang diharapkan oleh produsen. Produk dengan jaminan dapat dikembalikan kepada produsen atau dibawa ke pusat perbaikan untuk diperbaiki, diganti, atau dikembalikan uangnya. Baik tertulis maupun tersirat, jaminan tunduk pada hukum.[26]
Garansi mengurangi risiko anggapan pembeli. Garansi menunjukkan bahwa produk itu bermutu tinggi dan bahwa perusahaan serta kinerja layanannya dapat diandalkan. Garansi bisa sangat membantu ketika perusahaan atau produk tidak begitu terkenal atau ketika kualitas produk tidak lebih unggul dari pesaing.[27]













BAB IV
PENUTUP

4.1.       SIMPULAN
1.      Produk adalah unsur pertama dan terpenting dalam bauran pemasaran. Strategi produk membutuhkan pengambilan keputusan yang terkoordinasi atas bauran produk, lini produk, merek, serta pengemasan dan pelabelan.
2.      Dalam merencanakan tawaran pasarnya, pemasar perlu mempertimbangkan kelima tingkat produk yaitu manfaat inti, produk dasar, produk yang diharapkan, produk tambahan, dan produk potensial, yang mencakup semua tambahan dan transformasi yang mungkin dialami produk tersebut.
3.      Produk dapat dikelompokkan dengan beberapa cara. Dari segi daya tahan dan keandalan, produk dibagi menjadi barang yang tidak tahan lama, barang yang tahan lama, atau jasa. Dalam kategori barang konsumen, produk dapat berupa barang sehari-hari, barang belanja, barang khusus; atau barang yang tidak dicari. Dalam kategori barang industri, produk digolongkan ke dalam salah satu dari tiga ketegori yaitu bahan baku dan suku cadang, barang modal, atau jasa pasokan dan layanan bisnis.
4.      Merek dapat dideferensiasikan berdasarkan jumlah dimensi produk atau jasa berbeda antara lain bentuk produk, fitur, kinerja, kesesuaian, ketahanan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya, desain, dan juga dimensi-dimensi jasa seperti kemudahan untuk dipesan, pengiriman, instalasi, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, serta pemeliharaan dan perbaikan.
5.      Sebagian besar perusahaan menjual lebih dari satu produk. Bauran produk dapat dikelompokkan menurut lebar, panjang, kedalaman, dan konsistensi. Keempat dimensi ini adalah alat untuk mengembangkan strategi pemasaran perusahaan tersebut dan untuk memutuskan lini produk mana yang akan ditmbuhkan, dipertahankan, dipanen, dan dihentikan. Untuk menganalisis lini produk dan menentukan berapa banyak sumber daya harus diinvestasikan dalam lini tersebut, manajer lini produk perlu mempelajari penjualan dan laba serta profil pasar.
6.      Perusahaan dapat mengubah komponen produk bauran pemasarannya dengan memperpanjang produknya melalui perpanjangan lini (ke pasar bawah, ke pasar atas, atau ke dua arah) atau pengisian lini, dengan memodernisasi produknya, dengan menampilkan produk tertentu, dan dengan mengurangi produknya untuk menghilangkan yang paling tidak menguntungkan.
7.      Merek sering dijual atau dipasarkan secara bersama dengan merek lain. Merek bahan baku dan merek bersama dapat menambah nilai yang mengasumsikan merek tersebut memiliki ekuitas dan memadai.
8.      Banyak produk fisik harus dikemas dan diberi label. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan nilai kenyamanan bagi pelanggan dan nilai promosi bagi produsen. Jaminan dan garansi bisa menawarkan jaminan lebih lanjut kepada konsumen.

4.2.       SARAN
Dalam penentuan mengenai produk apa yang akan diproduksi dan bagaimana pemasarannya, perusahaan sangat diperlukan untuk memahami betul mengenai karakteristik, klasifikasi, jenis, tingkatan, hingga sifat-sifat produk, serta hubungan suatu produk dengan lingkungannya, sehingga penentuan strategi yang tepat bagi produk yang akan diluncurkan ke pasar dapat disesuaikan dengan minat dan selera konsumen, yang akan menghasilkan profit dan feedback yang menguntungkan bagi perusahaan dan memuaskan konsumen.
Dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai penentuan strategi produk dan sangat bermanfaat dalam realisasi usaha di masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Jilid 2. Edisi Ketiga Belas. Jakarta : Erlangga.
Mahartini, 2014. Strategi Produk.
Simanjutak, Hakim, 2015. Pengertian Produk menurut Kotler dan Amstrong.
Bobsusanto, 2015. Pengertian strategi menurut para ahli.
Muchlisin, Riadi, 2013. Pengertian, Klasifikasi dan Tingkatan Produk. http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-klasifikasi-dan-tingkatan.html




[1] Kotler & Armstrong, 2001: 346
[2] Swastha dan Irawan, 1990 : 165
[3] Kotler & Keller, 2009 : 4
[4] Kotler & Keller, 2009 : 4
[5] Kotler & Keller, 2009 : 5
[6] Kotler & Keller, 2009 : 6
[7] Kotler & Keller, 2009 : 12
[8] Kotler & Keller, 2009 : 8
[9] Kotler & Keller, 2009 : 9
[10] Kotler & Keller, 2009 : 10
[11] Kotler & Keller, 2009 : 10
[12] Kotler & Keller, 2009 : 12-13
[13] Kotler & Keller, 2009 : 14
[14] Kotler & Keller, 2009 : 15
[15] Kotler & Keller, 2009 : 15
[16] Kotler & Keller, 2009 : 15-16
[17] Kotler & Keller, 2009 : 17
[18] Kotler & Keller, 2009 : 18
[19] Kotler & Keller, 2009 : 19
[20] Kotler & Keller, 2009 : 21
[21] Kotler & Keller, 2009 : 23
[22] Kotler & Keller, 2009 : 25
[23] Kotler & Keller, 2009 : 26
[24] Kotler & Keller, 2009 : 27
[25] Kotler & Keller, 2009 : 29
[26] Kotler & Keller, 2009 : 30
[27] Kotler & Keller, 2009 : 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar